Muliaman Hadad: Awal 2016 Situasi Ekonomi Indonesia Akan Berubah
Terbit 11 September 2015, 12:30 AEST
L.Sastra Wijaya
Dalam beberapa bulan ke depan sampai
akhir 2015, keadaan ekonomi dunia masih akan tidak menentu, namun akan
terjadi perubahan mulai awal tahun 2016. Demikian pendapat Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia di depan mahasiswa
Indonesia di Universitas Monash hari Kamis (10/9/2015) malam.
Muliaman Hadad yang juga sebelumnya mendapat gelar Doktor dari
Universitas Monash hadir dalam acara yang diselenggarakan oleh
Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) Monash.
Ini adalah
bagian dari kegiatan bernama Australia Indonesia Business Forum dimana
PPIA Monash secara berkala mendatangkan para pembicara guna memberikan
masukan kepada mahasiswa mengenai realitas dunia bisnis.
Muliaman
Hadad hadir untuk berbicara dalam tajuk pertemuan "Crafting Innovative
Leaders in Golden Era" (Mencetak Pemimpin Inovatif di Era Keemasan),
namun berkenaan dengan situasi perekonomian dunia dan Indonesia saat
ini, kemudian banyak juga menyinggung hal lain selain juga meberikan
beberapa nasehat mengenai kepemimpinan.
Muliaman Hadad (tengah) bersama para mahasiswa Indonesia di Monash University. (Foto: Puteri Komarudin)
Dalam
uraiannya Muliaman Hadad mengatakan saat ini memang terjadi pelemahan
pertumbuhan ekonomi di beberapa bagian dunia, terutama di China, dan
negara-negara berkembang termasuk di Indonesia.
Menjawab
pertanyaan apakah Indonesia sekarang mengalami krisis ekonomi, Muliaman
mengatakan "Tidak". "Kalau kita lihat negara-negara lain berada dalam
situasi lebih buruk dari kita. Thailand, Malaysia, Singapura dan
negara-negara berkembang lainnya. China yang dulu bisa tumbuh 8-9 persen
setahun sekarang mengalami kesulitan untuk mencapai 6 persen."
"Namun
dalam waktu bersamaan, di Eropa meski ada krisis di Yunani, namun
pertumbuhan ekonomi di sana masih bagus. Demikian juga dengan Amerika
Serikat." kata Hadad yang pernah menjadi Wakil Gubernur Bank Indonesia
tersebut.
"Inilah yang membedakan antara keadaan sekarang dengan
krisis ekonomi global di tahun 2008. Yang juga terjadi karenanya
sekarang ini tidak ada reaksi global bersama-sama untuk mengatasi
situasi." tambahnya.
Dikatakan oleh Hadad bahwa dalam pertemuan
otoritas jasa keuangan dan perbankan baru-baru ini di Turki yang
dihadirinya, Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar di dunia mendapat
desakan untuk segera menentukan sikap apakah akan menaikkan suku bunga
atau tidak, ghal yang dikatakannya menciptakan ketidakmenentuan
sekarang ini.
"Mereka sendiri selama dua tahun terakhir tidak bisa
memutuskan, dan kita juga tidak bisa memaksa mereka. Jadi keadaan
ekonomi sekarang di Indonesia banyak disebabkan karena faktor
eksternal." tambah Hadad.
Muliaman Hadad berbicara di depan para mahasiswa Monash University. (Sastra Wijaya)
Dalam
situasi ini, Muliaman Hadad mengatakan kepada puluhan mahasiswa
Indonesia yang hadir dalam acara ini untuk melihat persoalan ekonomi
Indonesia dalam taraf menengah dan panjang.
"Beberapa bulan ke
depan dinamika ekonomi dunia masih akan gonjang ganjing. Namun anda
semua harus melihat potensi ekonomi Indonesia dalam jangka menengah dan
panjang, karena di situlah anda akan bisa mengisinya setelah selesai
sekolah nanti." kata Hadad, yang menjadi Doktor Ekonomi di Monash di
tahun 1996.
Berbicara mengenai awal tahun 2016, Muliaman Hadad
mengatakan hal yang dilakukan pemerintah Indonesia saat ini misalnya
dengan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi bulan September adalah untuk
menciptakan momentum baru guna menumbuhkan kembali gerak perekonomian.
"Krisis
ekonomi itu bisa datang dan pergi tanpa diundang dan dampak dari suatu
putaran itu biasanya baru terasa 6-9 bulan berikutnya. Oleh karena itu,
pemerintah berusaha untuk mendorong terus dengan berbagai kebijakan guna
menghidupkan kembali ekonomi." tambah Hadad.
Dia juga optimistis bahwa modal asing yang sekarang ini keluar akan kembali ke Indonesia.
"Modal
itu seperti air selalu mencari jalannya sendiri. Sekarang di AS,
tingkat suku bunga sangat rendah, demikian juga di Eropa. Di
negara-negara berkembang lebih rendah dari kita. Di Indonesia marginnya
masih tinggi, jadi setelah mereka mencari ke sana kemari untuk
menanamkan modalnya, saya yakin mereka akan kembali ke Indonesia." kata
Hadad.
Dan di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu ini,
menurut Hadad, sebagai bagian dari Otoritas Jasa Keuangan yang perlu
dilakukan adalah menjaga situasi guna memastikan tidak adanya misalnya
bank atau lembaga keuangan yang "jatuh'.
"Dengan dolar Amerika
Serikat yang terus menguat terhadap rupiah, sebenarnya kita tidak
khawatir. Bank Indonesia tidak khawatir kalau dolar mencapai Rp 15 ribu.
Juga indeks saham menurun tidak berpengaruh pada bank, karena di
Indonesia, bank tidak boleh meminjamkan dana untuk membeli saham. Hal
seperti itu terjadi di China, sehingga turunnya indeks saham
mempengaruhi bank." kata Hadad lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar